Laman

Kamis, 14 Mei 2015

Nay! Kau kah, itu?


Sore ini Nay tengah duduk di tepi tempat tidur kamar miliknya. Ia pandangi dua buah dada miliknya yang bulat berisi. Dua kecupan hangat telah membekas di sana. Ia pandangi dengan seksama. “Warna merahnya indah. Aku ingin memamerkannya pada semua orang, betapa bahagianya aku bisa memiliki kekasih yang memberi rasa sayang kepadaku seperti ini.” ucap Nay.
Hari itu, senja semakin menipis. Kekasihnya telah datang tepat pada waktunya. Ia peluk Nay dan beri kecupan hangat di bibir delima sewaktu tiba. Nay sambut ia dengan begitu semangat. “Terima kasih, kamu sudah datang tepat waktu. Hari ini akan ada cinta yang kamu beri lagi padaku.“ ucap Nay dalam hati.
Nay, tak membutuhkan seikat bunga, cokelat, bahkan uang. Nay hanya butuh rayuan dan kata yang terdengar merdu dari rahim mulut kekasihnya itu.
“Hari ini aku cantik kan, sayang?” tanya Nay pada kekasihnya itu.
“Kau lebih cantik dari sekadar bunga. Bahkan, untuk berlian sekalipun.”
Nay tersenyum manja dan mengadu pada Tuhan betapa bahagianya mendengar kelakar kekasihnya itu.
“Nay, tahukah kamu, seberapa banyakpun kunang-kunang yang kau dapat hari ini, tak akan pernah kau dapati cintaku dibanyak ruang. Biarkan aku menjadi kunang-kunang yang datang pertama kepadamu tanpa perlu kau cari terlebih dulu.”
Nay luluh. Sama seperti perempuan pada umumnya kata yang terlahir dari rahim mulut laki-laki selalu membuat bahagia.
“Hari ini aku datang sengaja ingin memetik cintamu lagi. Bolehkah?”
“Tentu. Aku sudah menantimu. Berikan aku kehangatan. Aku dingin. Aku butuh kata-kata manis dan manja dari seekor anjing yang berpura menjadi badut.”
Kekasihnya itu telah melepas semua pakaiannya. Begitupun dengan Nay. Keringat mengucur deras di antara mereka ketika mata para malaikat tengah malu dan jijik dengan perbuatan mereka.
Tiba-tiba suara telepon berdering. Pergumulan itu lalu terhenti. Kekasih Nay bangkit dan meraih telepon miliknya yang berdering. Tercetak dengan jelas nama orang yang menelepon My wife. “Nay, aku harus pulang, istriku menelepon. Besok kita lanjutkan. Terima kasih sudah memberi kehangatan bagi kerinduanku.”
Nay nampak kecewa. Sore itu ia tak mendapat kecupan hangat lagi di kedua buah dadanya yang ingin ia pamerkan untuk banyak orang. Tapi, ia tak bersedih karena sebentar lagi kekasihnya yang lain, yang sudah membuat janji dengannya pasti memberikan apa yang Nay butuhkan.

Untuk kekasihku yang telah menikah. Terima kasih kau sempat hadir dalam hidupku dan membawaku kepada rasa bersalah karena pergi meninggalkan Tuhan. Aku telah tahu rasanya cinta. Dan kini, aku telah menikmati cinta yang  tulus dari banyak orang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar